Budaya merupakan aspek fundamental dalam kehidupan masyarakat, yang tidak hanya berfungsi sebagai identitas kolektif tetapi juga sebagai sarana pewarisan nilai-nilai dan norma-norma sosial. Di Indonesia, kekayaan budaya tersebar luas dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah seni tari tradisional yang memiliki peran signifikan dalam menjaga keberlangsungan adat dan tradisi (Indrayuda, 2013). Tari tradisional sering kali digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan sosial, politik, dan spiritual. Dalam konteks ini, Tari Pasambahan dari Minangkabau, Sumatera Barat, adalah salah satu wujud penting dari budaya lokal yang melibatkan simbolisme sosial yang kuat. Tarian ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga sarana untuk mengekspresikan rasa hormat, kehormatan, dan keramahan, terutama dalam penyambutan tamu pada acara-acara adat dan kenegaraan.
Tari Pasambahan memiliki keunikan tersendiri, terutama dalam peran ganda yang dimainkan oleh penari laki-laki dan perempuan. Penari laki-laki dengan gerakan yang diambil dari pencak silat menonjolkan kekuatan, keberanian, dan ketangkasan, sementara penari wanita memperlihatkan kelembutan dan keanggunan melalui gerakan yang lebih halus dan terkontrol, diambil dari bunga-bunga silat. Harmoni antara dua peran ini mencerminkan nilai-nilai sosial yang kuat dalam budaya Minangkabau, dimana laki-laki berperan sebagai pelindung dan penjaga kehormatan, sedangkan perempuan menjadi simbol keindahan dan kesopanan dalam menjaga keramahtamahan.
Namun, di tengah modernisasi dan globalisasi, tarian tradisional seperti Tari Pasambahan menghadapi tantangan besar. Permasalahan yang muncul adalah adanya penurunan apresiasi terhadap seni tari tradisional di kalangan generasi muda, yang cenderung lebih tertarik pada budaya populer global. Tarian ini juga mengalami penurunan jumlah penampilan di acara-acara adat, terutama karena pengaruh budaya modern yang mulai menggeser peran adat dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Tari Pasambahan, seperti kehormatan dan keramahan, terancam hilang atau tidak lagi dikenali oleh generasi muda.
Gap penelitian yang ada adalah kurangnya kajian yang mendalam tentang teknik dan sikap tubuh dalam Tari Pasambahan yang tidak hanya dilihat dari perspektif estetika, tetapi juga dari sudut pandang simbolisme sosial dan budaya. Sebagian besar penelitian tentang Tari Pasambahan sebelumnya berfokus pada sejarah dan fungsi sosialnya dalam upacara adat, namun hanya sedikit yang menganalisis secara terperinci bagaimana teknik dan sikap tubuh penari dalam tarian ini mencerminkan nilai-nilai kehormatan dan keramahan yang menjadi ciri khas budaya Minangkabau. Selain itu, ada keterbatasan penelitian yang mengeksplorasi peran gender dalam struktur gerak tari ini, padahal perbedaan peran laki-laki dan perempuan dalam Tari Pasambahan memiliki makna budaya yang sangat penting.
Novelty penelitian ini terletak pada analisis mendalam mengenai teknik dan sikap tubuh yang digunakan oleh penari laki-laki dan perempuan dalam Tari Pasambahan, serta bagaimana teknik tersebut mencerminkan nilai-nilai kehormatan dan keramahan dalam budaya Minangkabau. Penelitian ini mengisi gap yang ada dengan menghadirkan pemahaman baru tentang hubungan antara gerakan tari dan simbolisme sosial yang melekat pada setiap gerakan, serta memperkaya literatur seni pertunjukan dengan memberikan fokus khusus pada aspek teknis gerakan dan sikap tubuh dalam konteks budaya. Melalui analisis ini, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian seni tari tradisional dan pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana nilai-nilai adat Minangkabau terwujud dalam setiap gerakan tari.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap teknik dan sikap tubuh dalam Tari Pasambahan karya Syofyani sebagai cerminan dari nilai-nilai kehormatan dan keramahan, serta untuk menekankan pentingnya melestarikan elemen-elemen tradisional ini di tengah tantangan modernisasi. Penelitian ini juga berusaha memberikan perspektif baru mengenai bagaimana tarian tradisional tidak hanya menjadi ekspresi artistik, tetapi juga media penting untuk menjaga keberlanjutan nilai-nilai sosial dan budaya yang sudah lama ada.
Tari Pasambahan karya Syofyani merupakan salah satu representasi budaya Minangkabau yang menggabungkan nilai-nilai kehormatan dan keramahan melalui teknik dan sikap tubuh yang khas. Teknik gerakan dan sikap tubuh dalam tari ini menggambarkan dua karakteristik yang mencolok, yaitu kekuatan maskulin yang diekspresikan oleh penari laki-laki dan kelembutan anggun yang ditampilkan oleh penari wanita.
Pada penari laki-laki, gerakan diambil dari pencak silat, yang mencerminkan ketangkasan dan kekuatan. Gerakan seperti Pitunggua dan Tagak Itiak menunjukkan sikap tubuh yang tegas dan tegak, dengan posisi kaki yang kuat dan stabil. Teknik ini mengharuskan penari      untuk memanfaatkan tenaga secara maksimal, menghasilkan gerakan yang cepat dan penuh energi. Laki-laki dalam tarian ini bergerak dengan dominasi ruang yang luas, mengekspresikan rasa tanggung jawab dan pelindung yang penting dalam struktur sosial Minangkabau. Sikap tubuh yang tegak lurus dan gerakan yang dinamis menjadi simbol maskulinitas yang melindungi dan memimpin, serta mencerminkan rasa kehormatan dan ketegasan dalam menjalankan peran adat.
Sebaliknya, penari wanita dalam Tari Pasambahan bergerak dengan teknik yang lebih halus, menonjolkan kelembutan dan keanggunan. Gerakan seperti Langkah Siganjua Lalai dan Maambiak Siriah diambil dari bunga-bunga silat, yang menekankan pada keluwesan dan keindahan sikap tubuh. Teknik ini menuntut gerakan yang lembut dan terkendali, dengan sikap tubuh yang condong sedikit ke depan dan gerakan yang lebih lambat. Penari wanita menggunakan ruang gerak yang lebih kecil dan terfokus, mencerminkan keramahtamahan dan rasa hormat yang dalam terhadap tamu. Setiap gerakan, mulai dari langkah kaki hingga posisi tangan, dirancang untuk mengekspresikan sikap rendah hati dan anggun, yang menjadi simbol femininitas dalam budaya Minangkabau.
Teknik dan sikap tubuh dalam Tari Pasambahan Syofyani memainkan peran sentral dalam menyampaikan nilai-nilai kehormatan dan keramahan yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Minangkabau. Pada level yang lebih mendalam, teknik yang digunakan oleh penari laki-laki dan wanita bukan hanya sekadar bentuk ekspresi artistik, melainkan juga refleksi dari peran sosial mereka dalam struktur adat. Penari laki-laki, dengan teknik pencak silat yang kuat dan tegas, mewakili figur pelindung yang berani, yang bertanggung jawab menjaga kehormatan keluarga dan masyarakat. Gerakan yang cepat, tajam, dan penuh tenaga menggambarkan kepercayaan diri serta kekuatan fisik, yang melambangkan tanggung jawab laki-laki sebagai pelindung dan penjaga adat. Sikap tubuh yang selalu tegak dan gerakan yang penuh energi menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap tamu, seolah-olah menyambut mereka dengan kekuatan dan kebesaran hati.
Di sisi lain, teknik dan sikap tubuh penari wanita menonjolkan sisi lain dari nilai-nilai Minangkabau, yaitu kelembutan, kesopanan, dan keramahan. Penari wanita bergerak dengan gerakan yang lembut dan anggun, menggambarkan sikap tubuh yang selalu condong ke arah tamu dengan penuh rasa hormat dan kehangatan. Teknik yang digunakan dalam setiap gerakan menunjukkan kontrol yang sempurna atas tubuh, dengan langkah-langkah kecil dan gerakan tangan yang halus, yang memberikan kesan elegan dan penuh kelembutan. Sikap tubuh yang anggun ini mencerminkan keindahan dan keramahtamahan wanita Minangkabau, di mana tamu selalu disambut dengan penuh kehangatan dan hormat.
Teknik-teknik dalam Tari Pasambahan Syofyani juga menggambarkan peran penting waktu dan tempo dalam membangun dinamika tarian. Penari laki-laki sering bergerak dengan tempo yang lebih cepat dan penuh semangat, sedangkan penari wanita menggunakan tempo yang lebih lambat, memberikan nuansa ketenangan dan rasa hormat yang mendalam. Penggunaan ruang yang berbeda antara laki-laki dan wanita menciptakan kontras yang indah, di mana laki-laki dengan ruang yang luas dan penuh dominasi, sementara wanita bergerak dalam ruang yang lebih kecil dan terkendali. Kombinasi ini menghasilkan keseimbangan visual yang memperlihatkan harmonisasi antara kekuatan dan kelembutan, antara otoritas dan keramahtamahan.
Melalui teknik dan sikap tubuh ini, Tari Pasambahan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai medium komunikasi budaya yang mengekspresikan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Minangkabau. Setiap gerakan dalam tarian ini memiliki makna simbolis yang mendalam, di mana penari laki-laki dan wanita sama-sama memainkan peran penting dalam menciptakan suasana penyambutan yang penuh kehormatan dan keramahan. Tari Pasambahan, dengan teknik dan sikap tubuhnya yang khas, mengajarkan bahwa menyambut tamu bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga sebuah ekspresi penghormatan dan kebesaran hati yang melekat kuat dalam budaya Minangkabau.